Stupid Is As Stupid Does

Saturday, January 21, 2006

Tegang Kala Pulang Malam

Jangan pulang lewat jam 11 malam, kalau tak mau tegang.

“makannya jangan kebanyakan nonton film horor!”
“Bukan, bukan itu. Tegangnya karena polisi!”
“lho, apa hubungannya?”
“gw nggak pernah punya SIM!”

hmm, rasanya gw nggak ingat kapan terakhir kali punya SIM. SMP? SMA? Awal kuliah? uh, doesn’t ring a bell. Hohoho. Dulu, enaknya nggak punya SIM, pas pulang dugem rame-rame, dimana saat-saat paling males untuk menyetir mobil dan saling tunjuk. Gw tinggal bilang, “aku kan gak duwe SIM!”. it works all the time. ^o^

Trus, gimana gw bisa “survive” di jalanan selama itu? Well, selama di Surabaya, “kartu sakti” nyaris 90 persen berhasil mengatasi polisi. Terutama polisi “nakal”. Tinggal tunjuk, set... and off we go. Hehehe.

Di Jakarta, tipikal polisinya ada macam-macam. Beberapa memang langsung hormat dan mempersilahkan jalan. Tapi, sebagian lainnya nggak peduli. Terutama saat ada operasi resmi. Ujung-ujungnya, tetep aja bayar (meski bisa nego).



Karena itu, hati gw tetap dag-dig-dug kalau ada operasi lalu lintas menghadang. Masih tetap bertanya-tanya, polisinya tipe “86”-kah? atau apes kena tipe nggak-peduli-elo-pers-semua-harus-bayar.

Well folks, the problem is, rute dari kantor ke kost begitu adalah ladang subur bagi polisi untuk menggelar operasi. Maksud gw, benar-benar subur!

Bayangannya gini, kosan gw di Kebon Jeruk. Sementara kantor di Kebun Sirih. Perkiraan jarak sekitar 12-an kilometer. Dalam keadaan biasa (siang hari), jarak tempuh 25-30 menitan.

Dalam keadaan malam (jalanan kosong, hanya sekitar 10-12 menit, dengan kecepatan rata-rata 60 kph). Malah, kalau digeber 80 kph, 6-7 menit juga nyampe.

Bayangkan, dengan jarak sedekat itu, setidaknya ada tiga titik pengkolan yang rutin diadakan operasi SIM/STNK. Tiga Man!!! Bete gak sih!!!

Yang pertama di Tanah Abang, kedua di pertigaan Kemanggisan, dan terakhir (yang paling sering) di pengkolan dekat Batu Sari.

Coba bayangkan, gimana hari-hari gw kalau pulang malam selalu dengan jantung berdebar dan adrenalin mengucur deras.

Satu pengkolan terlewati, masih ada dua menunggu. Kalau memang ada operasi, masih juga bertanya-tanya, bisa lolos nggak ya? Duh.

Kenapa nggak bikin SIM saja? Of course, i’ve been thinking about that. Gw sendiri juga nggak comfy menyalahgunakan “kartu sakti” untuk hal-hal kek gini.

Masalahnya, KTP Jakarta gw belom juga jadi. So, gw masih harus terus menunggu, dan tetap melalui hari-hari pulang dengan prasaan deg-deg plas. Fuiiih.

1 Comments:

  • hmm look at the bright side! klo mo ada date tinggal jemput di pengkolan tanah abang, kemanggisan atau batu sari! keren kan tuhhh hihihi

    By Blogger tukangpot, At 10:00 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home