Stupid Is As Stupid Does

Monday, January 23, 2006

350D, si Hitam Handal

Aa, adik sepupu gw, meminta gw membelikannya kamera baru. Tipe DSLR, katanya. Maklum, doi memang berkuliah di ISI Jogja jurusan fotografi. Jadi, punya kamera wajib buat kuliah. ^o^

Kamera apa? Nikon? Apa Canon? “pokoknya yang bagus aja, Bleh!”. Haduh.

Mamanya (tante gw), memberi anggaran $900. Setelah gw cek harga lagi di JPC Kemang, pilihan yang paling reasonable jatuh pada EOS 350D. Penerus 300D ini punya katanya punya kemampuan setara dengan EOS 20D. Cocok lah buat newbie macam doi.

Harganya pun juga pas, $800, plus keperluan lainnya seperti Sandisk Ultra 512 mb ($40), filter polaris ($12), dst.

Setelah membelinya Minggu lalu di Aneka Foto Pasar Baru, gw sempat mencoba sedikit kehandalan kamera mungil ini. Hohoho. Sori ya A’, gw perawanin dulu ^o^

Oke, 350D berwarna hitam, which is great. Karena hitam adalah warna kamera profesional (katanya sih). Berukuran 127 x 94 x 64 mm, desain 350D much smaller than it’s prodecessor, 300D.



Keuntungannya, bentuknya yang imut memudahkannya untuk dibawa-bawa. Terutama bagi orang bermobilitas tinggi yang suka bepergian. Terkadang kita lebih prefer bawa digital pocket lho, dari pada boyong DSLR yang gede, berat dan makan space banyak. Belum lagi lensanya. Ribet. Kalo gak niat-niat hunting banget, males deh bawa DSLR.

Minusnya, untuk yang berjemari gemuk dan telapak tangan lebar, rasanya gripnya kurang dapet, kurang nyaman dicengkram. Untungnya kamera ini sudah support vertical grip. But sure, u have to get extra $130-150 for this plus a battery $45.


jari manis dan kelingking, tak punya tempat

Hmm, gw gak bisa ngebayangin, gimana kalo kamera ini dipasangkan dengan lensa fix 300 mm f/2,8 IS USM yang biasa buat moto bola. Huhu. Berasa lensa doang, gak ada kameranya. ^o^

Oke lanjut. Ehm, keunggulan utamanya adalah resolusi gambar 8.2 Megapixel dan start-up yang lebih cepat dibanding 300D. Jeroannya menggunakan prosesor DIGIC II, generasi terbaru pemroses gambar kamera Canon, ditunjang sensor CMOS berukuran 22,2 x 14,8 mm.

Yang sedikit menganggu gw, mungkin tombol on-off yang juga berfungsi untuk setting menu. Nuansanya klasik. Terasa kurang pantas dan janggal kala dipadu dengan bodi 350D yang terlihat kokoh dan modern.

Meski tak setangguh 20D, kamera ini lumayan handal dalam hal continuitas (mencapai 3 fps hingga 14 frame). Untuk mengejar momen, fitur ini sangat penting, dan jauh berada diatas 300D yang lambat (kalau dipaksa, shutter dan fokus-nya bisa hancur). Maklum, 300D adalah kamera hobiis, not a pro one.

View findernya memang sedikit lebih kecil, tapi hanya butuh waktu untuk bisa terbiasa. Lensa bawaannya, 18-55 mm f/3,5-5,6, senada dengan 300D. Sensitivitas ISO 100 – 1600 pun sama.

Yang menarik, adalah fitur digital processing untuk mengambil foto monokrom atau B/W. Fitur ini sebelumnya hanya ada di 20D (gw gak tau di 1’Ds ada ga?).

Ada lagi, keunggulan lain terkait masalah titik fokus, yang lagi-lagi mengadopsi fitur 20D. Cuma, gw lupa namanya, tapi berguna banget. Ya, kameranya keburu dimasukin dus, soalnya takut ada apa-apa. Maklum ini barang titipan, bukan punya gw.


lihat kameranya, jangan modelnya. muka si Ulum cukup menyayat mata, gore abis! ^o^

Another cool features is, sound saat memotret. Bila 300D bersuara “CKRECK”, 20D jauh lebih keras dan macho “CROCK”. Nah, 350D terdengar halus dan smooth, “SKEETCH”. Hohoho. Its really cool dude. Anyway intinya kamera ini sangat menjajikan. 350D rock!

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home