Stupid Is As Stupid Does

Saturday, February 04, 2006

Crash, Ironi Pahit Rasialisme di AS


”You think you know who you are. You have no idea”

Tak berlebihan rasanya, bila Roger Ebert menempatkan Crash dalam deretan teratas 10 film terbaik 2005. Ketika membuktikannya sendiri, gw lebih dari sekedar mengiyakan.

Sangat sulit menandingi padatnya konflik yang diurai film besutan penulis/sutradara Paul Haggis ini. Saking intensnya, entah berapa kali tengkuk gw berdesir dan mulut melongo sepanjang film.

Crash memiliki beberapa cerita yang saling terkait satu sama lain. Dengan eksplorasi dan konflik personal masing-masing karakter yang begitu dalam dan kuat. Berbenang merah persoalan rasial di Paman Sam.

Haggis menggambarkan betapa susahnya hidup di negara multiras seperti Amerika. Dimana prejudice masih juga terjadi dalam keseharian.

Kritikus Eric Sasono, menyebut film ini sangat jujur dalam mengungkap permasalahan rasialisme di AS. Ia juga mengkaitkan masalah rasialisme ini dengan lambannya penanganan korban topan Katrina di New Orleans (yang mayoritas berkulit hitam).

Sebuah ironi ketika negara super power itu mampu mengirimkan puluhan ribu pasukan ke Irak untuk mencari senjata pemusnah masal. Ironi dan kepahitan rasialisme itu diurai Haggis nyaris dalam setiap adegan, setiap dialog, yang kemudian membingkai keseluruhan film.

Seorang polisi kulit hitam, mencari adiknya yang menjadi penjahat, sementara harus mengatasi sang ibu yang terus menerus menyalahkannya.

Dua orang bandit jalanan berkulit hitam, terus berteori tentang rasialisme (Ludacris do can act!).

Seorang pengacara distrik, yang memiliki istri pemarah, dirampok oleh kedua bandit kulit hitam.

Seorang polisi rasis yang harus merawat ayahnya yang sakit-sakitan karena kanker prostat.

Sutradara kulit hitam Hollywood dan istrinya, yang harus berurusan dengan si polisi rasis.

Keluarga imigran Persia yang membeli senjata untuk melindungi tokonya.

Pria keturunan hispanic (Spanyol) berprofesi sebagai ahli kunci dan putrinya yang takut akan senjata.

Rajutan konflik yang diramu oleh Haggis benar-benar mengalir, rapi, dan super padat. Rasanya, tak ada satupun repetisi atau kata yang terbuang percuma. Penonton dibawa ke dalam multiple conflict yang dialami pemain-pemainnya.

Para bintang di film ini pun bermain dengan sangat apik. Ada Sandra Bullock, Don Cheadle, Matt Dillon, Jennifer Esposito, William Fichtner, dan Brendan Fraser.

Jangan lupakan juga soundtrack yang simple namun menyentuh di sepanjang film. Maybe Tommorow dari Stereophonics menutupi kesempurnaan film ini. It’s just perfect!

2 Comments:

  • pembuktian ke-2,
    dah bisa tuh
    dah bisa tuh

    By Blogger dahlia, At 1:59 AM  

  • sandra bullock - "i've been angry all this time, but i don't know why"

    i watched her, then i cried.

    By Blogger Nauval Yazid, At 7:16 AM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home