Stupid Is As Stupid Does

Thursday, March 23, 2006

Nyasar ke Kata



”Bolehkah saya bertanya?”

Pria bertubuh kurus itu menyapa Celine (Julie Deeply) dan Jesse (Ethan Hawk) dengan logat Jerman. Wajahnya pucat. Rambut coklatnya acak-acakan. Suaranya sedikit bergetar, kedinginan. Sepertinya ia belum makan selama berminggu-minggu. Apalagi angin malam itu bertiup kencang, menusuk relung kulit.

“Yeah” jawab Celine.

“Saya ingin membuat kesepakatan dengan kalian. Maksud saya, daripada hanya meminta uang, saya akan meminta kalian kata. Ya, kalian beri saya kata, saya mengunakannya, kemudian saya akan menulis puisi, dengan kata itu didalamnya.
Bila kalian menyukainya, maksud saya, kalau kalian menyukai puisi saya, dan bila puisi itu menginspirasi sesuatu dalam hidup kalian, maka kalian dapat membayarku sesukanya. Saya akan menulis dalam bahasa Inggris, tentu,”.

Meski agak terkejut, tapi Celine dan Jesse kemudian mengiyakan. “Milshake”, begitu kata yang dipilih Celine. Entah, mengapa ia memilih kata itu. Mungkin terdengar lucu.

Pria itu kembali duduk di tepi danau. Diapitnya pensil diantara bibir dan dagunya. Sebentar-sebentar ia menulis, fokus. Konsentrasi. Sementara itu, Jesse dan Celine kembali larut dalam obrolannya.

Tak lama kemudian, pria itu datang lagi, membawa robekan kertas penuh lipatan yang sedari tadi ditulisnya, dan menyerahkannya pada Celine.

“ini puisinya”

Jesse menerima kertas terlipat itu, dan membukanya. Tiba-tiba tangan lentik Celine menyambar dan mengembalikannya kepada pria Jerman itu seraya berujar, “bisakah kamu membacanya untuk kami?”.

“ya, tentu saja” jawab pria itu sedikit ragu.



Daydream delusion

Limousine Eyelash
Oh, baby with your pretty face
Drop a tear in my wineglass
Look at those big eyes
See what you mean to me
Sweet cakes and MILKSHAKES
I am a delusion angel
I am a fantasy parade
I want you to know what I think
Don't want you to guess anymore
You have no idea where I came from
We have no idea where we're going
Launched in life
Like branches in the river
Flowing downstream
Caught in the current
I'll carry you. You'll carry me
That's how it could be
Don't you know me (poet hands poem back)
Don't you know me by now



Ada pause sejenak, setelah pria itu membacakan puisinya. Celine kemudian mengambil uang receh di dompetnya, dan memberikan padanya. Mereka saling mengucapkan terima kasih, dan kemudian berpisah.

Salah satu adegan dalam Before Sunrise itu bener-bener tertanam di otak gw. Gara-gara adegan itu, gw ngerasa jadi penulis itu adalah profesi paling keren. Paling cool sedunia.

Ya, betapa kerennya seorang seniman jalanan yang hidup bebas, dan berusaha mengais rejeki dengan menata dan memainkan kata-kata, supaya terdengar enak dan bermakna.

Menulis, menjadi sesuatu yang paling gw cintai, sekaligus jadi profesi, yang membuat gw bisa makan dan bayar kos setiap hari. Padahal, kalau di flashback lagi, rasanya sedikit aneh.

Dulu waktu SD, gw paling benci yang namanya pelajaran mengarang. Duh, benci banget. Saking bencinya, paling pol gw mendapat nilai 25 untuk soal ngarang (skor maks. 50). Itu pun sudah bagus.

Gw lebih suka menggambar. Bahkan, gw sering dimarahi guru gara-gara sampul dalam dan halaman belakang buku pelajaran gw gambari karakter-karakter monster atau superhero.

Iya. Gw juga suka bikin komik. Bahkan papa biasanya selalu bawa kertas HVS bekas dari kantornya, untuk gw gambari (dibagian belakangnya).

Anehnya, menjelang lulus SMA dan awal kuliah, Tuhan ternyata mengatur skenario yang jauh berbeda. Gw masuk ke Fakultas Hukum, dan diterima kerja di Jawa Pos. Dari situ juga akhirnya gw sampai ke Jakarta, bekerja di kantor gw sekarang.

Disaat bersamaan, teman-teman gw malah mengambil jurusan Desain. Mereka kini sudah mahir menjadi seniman digital (digital artist), menguasai software seperti Photoshop, 3D max, Coreldraw, dan masih banyak lagi

Startnya sama (sekitar 3-4 tahun). Gw bermain-main dengan kata, mereka memilih bermain-main dengan gambar dan warna. Hingga, kita sama-sama sampai pada satu level dimana kita dapat membiayai hidup dari keahlian ini.

Di satu sisi, saat melihat mereka mengutak-atik software, gw suka iri. Karena gw suka merasa “jiwa seni” (*halah) gw memanggil-manggil.

Kadang gw juga bertanya-tanya, andai dulu gw berani mengambil jurusan desain, hasilnya nanti akan seperti apa ya?
Atau seperti sekarang ini, sudah telatkah gw kalau mulai mempelajari desain?
Atau, memang gw harus fokus di bidang tulis-menulis?

Ah membingungkan.

4 Comments:

  • klo dilakukan 2-2 nya gimana? :)

    lam kenal, met gabung dg blogfam. acc membernya sdh diaktifkan. ditunggu sapa nya di perkenalan ya.

    By Anonymous Anonymous, At 1:56 PM  

  • uhuy...bergabung diblogfam juga neh !!!!

    met dagang !!!
    kain, pak ! kain, pak !

    By Blogger dahlia, At 6:14 PM  

  • Aku lebih suka before sunrise gara-gara omongan mereka yang nggak berhenti-henti. Susah amat akting kaya' gitu.
    I like to writing because that's the only thing i can do best.

    By Blogger Fenty Lovegood, At 11:58 PM  

  • gw nonton ini bareng babe dan ibu mertua. salahsatu film beliau yg gw demen dan engga bosen :) fyi, babe mertua gw demennya nonton ingmar bergman dan sejuta sutradara yg alurnya lambat hehehe tp secara gambar dan cerita memang suka mengagetkan hehehehe

    By Anonymous Anonymous, At 12:41 AM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home