Stupid Is As Stupid Does

Sunday, May 21, 2006

It’s a Boy



Akhirnya, kakak gw melahirkan juga. Rafi (nama belakangnya belum ditentukan), lahir pada 19 Mei lalu, pukul 19.32 WIB, dengan berat 3.1 Kg. Proses kelahirannya berjalan lancar.

Jadwal kelahiran bayi supermungil itu sempat molor sekitar seminggu dari jadwal yang ditentukan. Karena itu, kakak gw terpaksa diinduksi (dirangsang) di rumah sakit
Setelah pagi disuntik, bukaan pertama terjadi pada pukul 18.00 WIB. Bonyok yang waktu itu ikut ngejaga, langsung tak henti-hentinya membaca ayat kursi.

Dan Alhamdullilah, proses kelahirannya berjalan lancar. Bahkan, menurut seorang suster, kakak gw termasuk kuat menahan sakit karena tenang dan nggak banyak teriak.

Heri, suami kakak gw yang tadinya membawa kamera, langsung mundur begitu ngelihat darah. Katanya dia mual-mual. ^o^, oke, besok-besok kalo istri gw ngelahirin, gw akan bawa tripod.

The baby was so small and superfunny. Wajahnya mirip kakak gw. Tangannya kecil, dan kalau menguap gede banget (persis gw!), huhuhu. Melihatnya, gw merasa bahagia banget. Nggak heran orang tua rela melakukan apapun demi darah dagingnya. Chemistry-nya kerasa banget.



Yang unik, ibunya Heri (mertuanya kakak gw) adalah tipe orang yang masih percaya dengan adat istiadat jawa. Terutama menyoal tentang ari-ari atau tali pusar. Kalau bokap gw memilih cara konvensional,--cukup dengan mengubur ari-arinya di halaman depan rumah— Tante Aji, begitu gw biasa menyapa, sangat kejawen.

Jadi, tuh ari-arinya disimpan di dalam kendi, dibasuh dengan air setaman. Kemudian ditanam di depan halaman rumah, dan harus disinari dengan lampu yang menyala. Lampunya nggak boleh mati selama sekitar 1-4 mingguan. Aneh2 aja ya. Ya, begitulah orang Jawa, sangat menjunjung what-so-called tradisi.

Awalnya Tante Aji sempat menyimpan ari-ari itu dikulkas. Tapi kemudian nggak dibolehin Om Aji. Katanya, “lho ma, jangan ditaruh kulkas, nanti si Rafi kedinginan gimana?,”. Huhuhu.

Dan kemarin, lampu minyak yang digunakan menyinari ari-ari itu padam-hidup. Sehingga untuk sementara digantikan lilin. Percaya atau nggak, Tante Aji bela-belain ke Carrefour hanya untuk membeli seutas kabel dan bohlam. Gokil.

Tapi masalah belum selesai. Karena, kemarin malam hujan deras. Kalau tuh bohlam nekad dipasang saat itu juga, bisa konslet kena air. Sementara lilin kalau dibiarkan bisa habis. Padahal, sinarnya nggak boleh padam. Alasannya, “nanti ari-arinya bisa dimakan binatang,”

Tau nggak apa yang terjadi kemudian? Dengan cekatan bokap gw mengambil botol plastik coca cola, memotong bagian bawahnya dengan piasu. Kemudian tutup dilobangi untuk jalan masuk kabel. Dan, bohlam pun menyala di dalam botol plastik tanpa terkena air. Simple, but clever.

Melihat itu, Tante Aji langsung tersenyum bahagia. “aduh, untung ada yangkungnya Rafi ya,”. Everyone was laughing, happily. And I said to myself, yes, that’s my father I’m proud of.


Dodol Conv.

Beep..beep
Gw : Hello?
Reza : Woi, aku ntar malem naek pesawat jam 9. ntar jemput di gambir ya, oke?
Gw : Sip.
Reza : oke, btw, mau nitip apa nih? Mumpung lagi di Surabaya.
Gw : Nitip? Kebeneran. Nasi pecel madiun dua. Nasi goreng Jawa du.., eh ralat. Nasi goreng jawa tiga. Ulum minta 2 porsi. Oke?
Reza : .....


NB : check out my multiply site at www.danevil.multiply.com. thanks.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home