Stupid Is As Stupid Does

Friday, January 27, 2006

Jomblo, Sebuah Komedi Cinta



JOMBLOlogy adalah ilmu yang membahas tentang JOMBLO. Dalam bahasa latin ’jomblus’ artinya satu, sendiri atau single. JOMBLOlogy mempelajari sifat, kebiasaan, karakteristik, kelebihan, dan kekurangan berbagai tipe jomblo. Dimulai dari penampilan mereka dari luar sampai potensi mereka yang di dalam.

Sejauh ini, SinemArt belum juga menyediakan sinopsis film ini. Yang ada di official site-nya malah tulisan-tulisan unik tentang Jomblo. Ada Jomblology, Jomblostory, Jomblotips, dst seperti diatas. check disini.

Ngedengerin Prambors kemarin, iklan Jomblo sudah mulai santer. Maklum, film yang diadopsi dari novel berjudul sama ini akan premiere di Jakarta pada 7 Februari (atau 9 ya?) mendatang. Berarti, minggu-minggu ini sudah ada preview buat media. Hohoho, udah nggak sabar.

Sebelum saat itu tiba, kenapa kita tidak sedikit melakukan ulasan tentang film ini.

Ehm, Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo, Sutradara Terbaik FFI 2005. That’s a plus. Bagi gw, Hanung termasuk sutradara konsisten. Debut layar lebar Brownies, langsung mengantarnya memenangi FFI. Sementara Catatan Akhir Sekolah (CAS) sangat menghibur dan bagus! Track record-nya sebagai sutradara cukup oke lah.

Karena itu, gw merasa Hanung adalah orang yang tepat untuk mengeksekusi Jomblo ke layar lebar. Meski gw sendiri belum ngebaca bukunya. Tapi kalau memang film ini sukses, dijamin bukunya bakal masuk cetak lagi. ^o^

Di bagian scriptwriter-nya, Salman Aristo gw rasa cukup handal. Apalagi, doi udah sehati banget dengan Hanung. Paling tidak, chemistry yang terjalin diantara keduanya bakal memberi nyawa film bagi ini. Sementara Adit, si penulis buku juga mengawasi langsung penulisan proses skenarionya. That’s another plus.

Dari jajaran pemain. Ehm, ceweknya dulu. Oke, nama-nama Nadia Saphira, Karenina, dan Ryanti Cartwright sudah jadi jaminan membahagiakan hati para penonton cowok. Hohoho. Wajah-wajah mereka sangat fresh bagi dunia film. Cantik-cantik pula.

Kemudian lead actor. Ada empat orang. Yang pertama, Dennis ”Mamet” Adhiswara, seorang movie freaks, sutradara, merangkap aktor figuran. Udah kenyang pengalaman.

Christian Sugiono, kualitas aktingnya meski so-so tapi gw rasa juga nggak mengecewakan. Lalu, pendatang baru Ringgo Agus Rahman. Kayaknya sih doi penyiar Prambos? Rasanya, makin banyak penyiar Prambors main film, setelah Dagienk-Desta di Garasi ya? Soal Linggo, gak bisa komentar.

Yang justru gw khawatirkan adalah Rizky Hanggono. Oke, meski momen dan wajahnya “mungkin” cukup tepat untuk film ini, tapi, Ungu Violet membuat gw sangat traumatis melihat aktingnya. Hey, he's a designer, not an actor. Period.

Keunggulan lain yang membuat film ini berpotensi sukses, adalah tema Jomblo itu sendiri yang catchy. Empat orang cowok (yang mungkin terlalu ganteng menjadi jomblo) berkumpul, dan sama-sama mencari cewek? Ngena banget.

Sebuah film bakal melekat di hati penonton, kalau si penonton merasa dibawa mengalami adegan-adegan di film tersebut. Saat di dalam hati si penonton berujar, ”wah, ini sih gue banget! Lha, ini juga!”.

Dan menjadi jomblo bareng temen se-gank, gw rasa semua cowok pernah mengalaminya. Ini adalah angle yang sangat menarik, kalo Hanung dapat mengeksekusinya dengan baik.

Bagi para jomblo, ada kemungkinan mengajak teman-temannya (sesama jomblo) untuk nonton bareng-bareng. Bagi yang udah pacaran, bisa saja menonton untuk mengenang masa-masa jomblo mereka.

Buat cowok, jelas, film ini kayaknya cowok banget. Bagi cewek, hey, paling nggak mereka bisa mengetahui apa sih yang ada dipikiran cowok?

Untuk kabar opening animasi, kalo memang bagus, well, lagi-lagi plus. Tapi, ya ini kan cuma prediksi. Hasilnya? Well kita lihat saja nanti.

Wednesday, January 25, 2006

Trainspotting dan Pulp Fiction

gw selalu punya kesan tersendiri ketika menonton dua film ini. Trainspotting dan Pulp Fiction, my all time movie favourite.



tag line ini adalah opening Trainspotting. Adegan demi adegan mengalir saat Mark Renton membacakan narasi :

"Choose Life. Choose a job. Choose a career. Choose a family. Choose a fucking big television, choose washing machines, cars, compact disc players and electrical tin openers. Choose good health, low cholesterol, and dental insurance. Choose fixed interest mortage repayments. Choose a starter home. Choose your friends. Choose leisurewear and matching luggage. Choose a three-piece suite on hire purchase in a range of fucking fabrics. Choose DIY and wondering who the fuck you are on a Sunday morning. Choose sitting on that couch watching mind-numbing, spirit-crushing game shows, stuffing fucking junk food into your mouth. Choose rotting away at the end of it all, pishing your last in a miserable home, nothing more than an embarrassment to the selfish, fucked up brats you spawned to replace yourself".




ini adegan saat Jules Winfield (kanan) sedang menginterogasi seseorang di sebuah apartemen. dia membacakan Ezekiel 25:17 :

"the path of the righteous man is beset on all sides by the inequities of the selfish and the tyranny of evil man. Blessed is he, who in the name of charity and goodwill, shepherds the weak through the valley of darkness, for he is truly his brother's keeper and the finder of lost children. And i will strike down upon thee with great vengeance and furious anger those who attempt to poison and destroy my brothers. And you will know my name is the Lord when i lay my vengence upon thee".

Monday, January 23, 2006

350D, si Hitam Handal

Aa, adik sepupu gw, meminta gw membelikannya kamera baru. Tipe DSLR, katanya. Maklum, doi memang berkuliah di ISI Jogja jurusan fotografi. Jadi, punya kamera wajib buat kuliah. ^o^

Kamera apa? Nikon? Apa Canon? “pokoknya yang bagus aja, Bleh!”. Haduh.

Mamanya (tante gw), memberi anggaran $900. Setelah gw cek harga lagi di JPC Kemang, pilihan yang paling reasonable jatuh pada EOS 350D. Penerus 300D ini punya katanya punya kemampuan setara dengan EOS 20D. Cocok lah buat newbie macam doi.

Harganya pun juga pas, $800, plus keperluan lainnya seperti Sandisk Ultra 512 mb ($40), filter polaris ($12), dst.

Setelah membelinya Minggu lalu di Aneka Foto Pasar Baru, gw sempat mencoba sedikit kehandalan kamera mungil ini. Hohoho. Sori ya A’, gw perawanin dulu ^o^

Oke, 350D berwarna hitam, which is great. Karena hitam adalah warna kamera profesional (katanya sih). Berukuran 127 x 94 x 64 mm, desain 350D much smaller than it’s prodecessor, 300D.



Keuntungannya, bentuknya yang imut memudahkannya untuk dibawa-bawa. Terutama bagi orang bermobilitas tinggi yang suka bepergian. Terkadang kita lebih prefer bawa digital pocket lho, dari pada boyong DSLR yang gede, berat dan makan space banyak. Belum lagi lensanya. Ribet. Kalo gak niat-niat hunting banget, males deh bawa DSLR.

Minusnya, untuk yang berjemari gemuk dan telapak tangan lebar, rasanya gripnya kurang dapet, kurang nyaman dicengkram. Untungnya kamera ini sudah support vertical grip. But sure, u have to get extra $130-150 for this plus a battery $45.


jari manis dan kelingking, tak punya tempat

Hmm, gw gak bisa ngebayangin, gimana kalo kamera ini dipasangkan dengan lensa fix 300 mm f/2,8 IS USM yang biasa buat moto bola. Huhu. Berasa lensa doang, gak ada kameranya. ^o^

Oke lanjut. Ehm, keunggulan utamanya adalah resolusi gambar 8.2 Megapixel dan start-up yang lebih cepat dibanding 300D. Jeroannya menggunakan prosesor DIGIC II, generasi terbaru pemroses gambar kamera Canon, ditunjang sensor CMOS berukuran 22,2 x 14,8 mm.

Yang sedikit menganggu gw, mungkin tombol on-off yang juga berfungsi untuk setting menu. Nuansanya klasik. Terasa kurang pantas dan janggal kala dipadu dengan bodi 350D yang terlihat kokoh dan modern.

Meski tak setangguh 20D, kamera ini lumayan handal dalam hal continuitas (mencapai 3 fps hingga 14 frame). Untuk mengejar momen, fitur ini sangat penting, dan jauh berada diatas 300D yang lambat (kalau dipaksa, shutter dan fokus-nya bisa hancur). Maklum, 300D adalah kamera hobiis, not a pro one.

View findernya memang sedikit lebih kecil, tapi hanya butuh waktu untuk bisa terbiasa. Lensa bawaannya, 18-55 mm f/3,5-5,6, senada dengan 300D. Sensitivitas ISO 100 – 1600 pun sama.

Yang menarik, adalah fitur digital processing untuk mengambil foto monokrom atau B/W. Fitur ini sebelumnya hanya ada di 20D (gw gak tau di 1’Ds ada ga?).

Ada lagi, keunggulan lain terkait masalah titik fokus, yang lagi-lagi mengadopsi fitur 20D. Cuma, gw lupa namanya, tapi berguna banget. Ya, kameranya keburu dimasukin dus, soalnya takut ada apa-apa. Maklum ini barang titipan, bukan punya gw.


lihat kameranya, jangan modelnya. muka si Ulum cukup menyayat mata, gore abis! ^o^

Another cool features is, sound saat memotret. Bila 300D bersuara “CKRECK”, 20D jauh lebih keras dan macho “CROCK”. Nah, 350D terdengar halus dan smooth, “SKEETCH”. Hohoho. Its really cool dude. Anyway intinya kamera ini sangat menjajikan. 350D rock!

Oldboy, Sinema Indo, dan Miyabi

xevildanx: lama banget nggak posting ya mas
J.A: Iya nih. Sibuk banget.
xevildanx: bikin film lagi gak mas?
J.A: Belum dulu kayaknya.
xevildanx: di sinema indonesia jadi kambing hitam terus deh
xevildanx: huhuhu
J.A: Ah biar aja lah. Kalo dipikirin, bisa pusing. He he he...
xevildanx: skrang sibuk apaan sih mas?
xevildanx: nulis skenario?
J.A: Lagi sibuk nonton DVD. Ha ha ha....
J.A: Masih mau belajar dulu. Nonton film banyak-banyak.
xevildanx: hihihi
xevildanx: saya lg suka film korea nih
J.A: Bagus tuh.
xevildanx: ya oldboy bikin jatuh cinta
J.A: Udah nonton semuanya belum?
xevildanx: semuanya? satu film utuh? ato film2 korea lain?
J.A: Trilogi balas dendamnya Chan Wook-Park. Oldboy itu yang kedua.
xevildanx: wah
xevildanx: masa sih
xevildanx: yang pertama apa?
J.A: Yang pertama Sympathy for Mr. Vengeance. Setelah Oldboy ada Sympathy for Lady Vengeance.
J.A: Di Menteng ada kok. Cari aja.
xevildanx: hohoho pasti, tar pulang kantor langsung ke menteng
xevildanx: heranjuga, saya pernah bikin tulisan tentang film korea. dan klo diliat2, film2 mereka baru maju banget 10 tahun terakhir
xevildanx: gak beda juga loh sama ind
xevildanx: cm, klo saya liat
xevildanx: disana pemerintah itu apresiasi banget sama filmmaker
xevildanx: dikasih dana, disuruh berkreasi
xevildanx: apa kaerna itu ya?
xevildanx: trus, film2 mereka juga pada dikirimin ke festival2 luar gitu
J.A: Waduh, film kita ketinggalan jauh.
J.A: Salah satunya sih itu.
J.A: Di sini sih pemerintahnya cuman cari proyek doang.
J.A: FFI buat proyek.
xevildanx: di cannes, korea udah diakui ya
J.A: Di seluruh dunia diakui lah.
J.A: Filmmaker kita juga masih kurang banget.
J.A: Dunia perfilman isinya kebanyakan gosip. He he he...
xevildanx: hihihi
J.A: Kok tau aku sering dipojokin di sinema Indonesia?
xevildanx: saya suka baca aja disana
xevildanx: pnasaran aja sama yg bikin
J.A: Ooo...
xevildanx: yang jelas doi orang pinter dan jago nulis
xevildanx: dari candaannya itu masuk logika banget lho
xevildanx: gak asal bercanda
xevildanx: hahaha
J.A: Itu gara-gara aku ngasih rekomendasi situs itu di Koran Tempo. Jadinya aku tertuduh.
J.A: Salah satu penulisnya, yang cewek, itu mantannya temen aku.
J.A: Tapi belum pernah ketemu juga sih.
xevildanx: oh
xevildanx: jadi itu bener2 ada beberapa orang ya? kirain ferry siregar dst itu cuma anonim
J.A: Wah nggak tau juga. Tapi temenku pernah ceting sama mereka di YM.
J.A: katanya orang-orangnya memang sinting. tapi asik.
xevildanx: hahaha. gokil
J.A: Terus terang dulu aku pernah ngirim message ke mereka.Pengen ketemuan.
J.A: Tapi mereka bales, "maaf, kami tidak berteman dengan filmmaker."
J.A: Aku jadi bete.
xevildanx: hahaha. cukup masuk akal
J.A: Lha wong aku belum pernah nonton Apa Artinya Cinta, Psikopat, dll kok dibilang aku yang nulis reviewnya.
J.A: Cuman karena filmku dipuji-puji.
J.A: Aku aja ngerasa filmku kurang banget kok.
J.A: Kalo pergi ke luar buat festival sering malu sendiri.
J.A: Banyak film Indonesia yang nggak sempet nonton karena tahun lalu aku ke festival luar terus.
xevildanx: tahun lalu aku ke festival luar terus. ===> pantesan postingan terakhir bahagia banget ya, hahaha.
J.A: Iya. Tapi kan aku nggak bisa bilang seneng karena ke festival luar terus.
J.A: Malu ah. Aku cuman posting kalo lagi menderita aja.
xevildanx: gitu ya jadi filmmaker klo punya film bagus, diundang ke festival film terus
J.A: Enaknya sih gitu. Kalo pergi sendiri ya nggak mampu aku.
xevildanx: kayak garin juga
xevildanx: saya pernah wawancara
xevildanx: critanya, buset dah, bikin ngiler aja
xevildanx: hopping di luar negeri gratis, liat film pula
xevildanx: hahaha
xevildanx: film yang recomend apaan nih mas
xevildanx: bete nih, mo blanja film
xevildanx: cuma kadang2 klo coba2, ternyata jelek, tambah bete lagi
J.A: Terakhir yang bagus-bagus: "Me You and Everyone We Know", "Crash"
J.A: "Wolf Creek" (Kalo suka horror/thriller)
J.A: Palindromes.
xevildanx: gak ah, saya orangnya penakut
xevildanx: pusing nih, skarang nyari bokep bagus susahnya minta ampun
J.A: Ha ha ha... iya.
xevildanx: di glodok penjualnya bajingan semua
J.A: Bokep yang gimana dulu.
xevildanx: hustler
xevildanx: pierre woodman
xevildanx: larry flint
xevildanx: miyabi yang baru
xevildanx: hahahah
J.A: Di Melawai aja.
J.A: Kalo malem-malem deket BCA, ada banyak.
xevildanx: wah tempatnya agak2 bronx
J.A: Cari yang gambar di disc-nya, bukan yang stiker.
J.A: Kalo stiker, isinya sering beda sama gambarnya.
J.A: Nggak Bronx, kok. Ramah-ramah.
J.A: Ya udah, good luck ya.
J.A: Aku mau ke gym dulu.
xevildanx: okeh
xevildanx: sip

Sunday, January 22, 2006

Minggu yang, ANEH??

Minggu seharusnya jadi hari paling santai. Tapi, Minggu kemarin gw nyaris mati kehabisan napas karena Hectic banget. Warning, agak panjang postnya. Baca klo punya waktu. Sedikit cemilan dan kopi mungkin membantu. ^o^

07.15
Seperti biasa, gw masih bermalas-malasan, sambil nyetel playlist di iTunes. Minggu gitu loh?

Weekend kemarin, ah, dirumah aja. Lagi kere. Tawaran futsal di Bulungan gw tolak. Gw gak bisa ngerokok karena batuk. Kalo gw batuk, berarti kondisi tubuh sedang down. Gw akan sakit. Kalau diforsir buat fustal, bisa tepar beneran gw.

08.00
rutinitas sehari-hari, masak nasi, goreng kornet telor. Sarapan. Jadwal gw hari ini liputan pindahnya Nickelodeon ke Global TV di Shang-ri La jam 11. Habis itu ikut jagain halaman.

09.15
kamera + flash, checked
kunci kos, checked
kunci motor, checked
dompet, checked
kacamata, checked
ops, STNK lupa, fiuh. That was close.

gw harus ke kantor dulu. Ngambil undangan, skalian uplot blog.

10.34
kantor sepi banget. Cuma ada Yanto yg asyik ngetik. Nih koran apa kuburan sih?
Ketiketiketik. Done. Off we go then..

11.43
KODOK BUNTING!!!! KADAL JABLAY!!! HUJAAAN!!!

Parkir di pelataran BNI 46. Kata Yanto, “Shang-ri la diskriminatif buat pengendara motor, Nang. kamu parkir BNI aja!”

Jarak pelataran parkir BNI 46 dan lobi Shang rila cukup jauh. Hujan menghujam super lebat. Mau nerabas, sama aja nyemplung kolam. Diem, udah hampir jam 12. Padahal press screening jam 11.30, dan langsung lanjut dengan preskon. katanya sih ontime.

Dengan cerdas, gw pake jas ujan, dan lari-lari ke lobi kayak orang bego. Hasilnya...tetep aja jins dan spatu gw keploh (basah kuyup). Ga papa. Yg penting kamera slamet.

12.35
foto sana-foto sini. Ternyata ga sendirian, ada anak Genie dan Nova. Acaranya banyak anak-anak. Iyalah, namanya juga Nickelodeon. Duh, pengin foto bareng Spongebob n Patrick, tapi malu. Huhuhu.


ngiri gw ma anak kecil itu, huh!

01.23
abis press screening (yg ternyata molor, huh). Skarang garing nungguin preskon dan makan sambil ngobrol2.

Tiba-tiba, seorang gadis dengan tutur kata super halus *halah, menegur, “mas, preskonnya udah mo mulai. Langsung ke sana aja,”

Gw langsung stak, bengong. Ngucek-ngucek mata pake garpu, belom percaya. 5 detik kemudian gw baru sadar, Anjrit, NIH CEWEK CAKEP BANGET YAK!!!! WTF!!!

Cewek-cewek Global TV emang cakep-cakep, tapi kalo yg ini jelas, Gue Bang-Get. Dari ujung rambut sampe kaki, definately, she’s a 8.99. sukses bikin gw deg-degan. Jarang-jarang lho gw deg-degan liat cewek. *halah

Presskon gw lalui ga konsen, yang ada cuma takut tuh cewek ngilang tanpa gw ketahui no hapenya. Orang Global kah? Orang Shang rila kah? Phew, masih misterius.

5 menit kemudian...
dengan segala kegugupan dan kesalahtingkahan, finnaly gw dapet nomer hpnya. Namanya, euh, kita sebut saja Bunga ^o^ , which turns out anak Markom Global. Angkatan 2001, baru 4 bulan kerja. Euh, lebih muda dari gw. Tapi Ga problem lah.

SMS.
“Mbak Des, anak buahmu ada yang namanya Bunga? Gila, cakep banget. Kok ga pernah bilang sih? Udah punya co blom? Please dont say yes, kalo gak mau gw bunuh diri skarang!”

balesan...
“udah say..:) mau bunuh diri dgn cara apa nih by the way? :P”

.........(shock)

SMS lagi.
“oke, gw lompat ke kolam renang skarang!”

Tuhan, betapa teganya memainkan hati hambamu yang ganteng (tapi gak pernah sholat) ini??? *dalam hati

MONYET BINAL!!! ONTA ARAB!! KURA-KURA HORNY!!!!!! (ekspresi kesedihan)

Knapa sih gw slalu gak bruntung? Hiks.

SMS..
“serius lo mbak? Gila gw jadi gak napsu makan nih! Hiks”

balesan...
“Duh lagi sedih ya? Cep cep nih permen. :) btw, seru nih idol kalo ada indy barens!”

gw :”........”

Well eniwai, gw akhirnya meninggalkan shang rila dengan langkah gontai dan kedinginan. Mana gw gak dapet goodie bag yg isinya kaos Nickelodeon oranye yg mayan keren. Mbak Dess!!! If u read this, i want that shirt!!!!!!

02.34
mo balik kantor, nanggung. Secara gw basah kuyup.

SMS...
“Mbak Non, halaman aman gak? Liputannya masih aga lama nih!” (boong dikit lah, hehe)

Balesan....
“Aman kok Nang, liputan aja sampe kelar!”. Aman, sip. Oke, gw langsung cabut ke kost.

03.50
Sampe kost, laper. Menyesal, kenapa tadi di Shang rila gak makan. Bego. Akhirnya, masak lagi.
Abis makan, gw ngelihat perut yg berlemak. Dan tiba-tiba gw kok ngrasa pengin lari. Apa? Lari.

Ya, sodara-sodara gak lama gw udah lari aja gitu ngelilingin kampung sambil bawa botol Aqua kecil, dan ternyata cuma bertahan 15 menit, karena gw kehabisan napas. Duh, penting gak sih?

Baru sampe, tiba-tiba Ulum (sahabat gw dari Sby, yg skarang sekos sama gw) teriak-teriak kek orang gila. “aku dapet klien!!! Orangnya minta ketemu skarang di Cheetos!!! Mintanya selese besok. Bisa dikasih harga mahal nih!”.

Oh ya, ulum adalah seorang animator atau 3D artist. Pernah lihat Finding Nemo? Shrek? Well, he make stuff like that. Well not exactly like that. Dia lebih ke interior.

Ulum baru aja keluar dari kantor lamanya di Rawamangun. Skarang dia jobless. Well, sort of. Sudah ada beberapa panggilan sih. Untuk sementara, dia mengajar Adobe Premiere di Digital Studio Tebet. Jadi, secara dia lagi kere, duitnya kan lumayan buat bayar kost dan beli beras. Hehehe.

17.34
stelah mandi, off we go ke Cheetos. Dan, kita kembali dihantam hujan dueres. 2 x kehujanan dalam sehari. Mati gw. Masup angin dengan sukses.
Tepat saat itu dateng SMS dari redaktur gw, “Nang, britanya nanti tanyain, kelihatannya bisa juga masuk ke Hal 16.”

Tuut...tuuut...
“mas ini ada brita Nickelodeon, masuk hal 16 tah?”
“oh ya, bikin aja Nang. Soalnya britanya lagi kurang nih!”

Duh. Kerjaan gw nambah deh.

18.26
sampe Citos basah-basahan. Mana clana gw baru ganti, dan tinggal atu2nya lagi. Biar, besok gw pake kolor ke kantor.
Nunggu lama. Akhirnya baca-baca di Aksara. Ada CD Taking Back Sunday dan Goldfrapp yg pengin bgt gw beli. Tapi ngeliat harganya, gw cuma mringis kecut.

SMS masuk... 08881766****
“udah baca kompas blum?reviewan lu sama kompas sama tuh. Two tumbs up buat lo.hehehe3x”

sapa nih? Oh elo Yu ya? Hwuhwuhuw. Jadi malu nih. Gw kan ngutip omongan lo juga. Berarti selera kita gak salah kan? *tersipu

19.11
masih nunggu. Orangnya akhirnya nelpon. Ternyata, orangnya nungguin di CILANDAK MALL dan si bego Ulum dengernya di CILANDAK TOWN SQUARE!!!!!!. Duh!! Gw sedikit gondok lantaran kedinginan. Untung, orangnya akhirnya nyusul ke Citos.

19.20
dateng juga. 5 orang. 1 tipikal orang Sumatra, bosnya. 3 model orang Papua. 1 lagi orang Aceh. Buset. Serem gini yak. Kayak gangster aja. Huhuhu.

Nongkrong, dan nego. ada 3 gambar yang harus di 3D-kan. Ulum minta total $150. Setelah nego, akhirnya mereka sepakat $100, cash!!.
Soal ini, gw gak mau ikut campur.
“harga segitu cukup lum? Kemahalen ato kemurahen?”
“udah pas kok. Tenang, gambar yg mereka minta gampang kok!”
“well, up 2 u sob!”

Yang jadi masalah, ngerjain dimana?

Gak mungkin di kompie gw. Sepanjang sejarah, 3D Max gak pernah ada versi Macintoshnya.
Ulum inginnya ngerjain di rumah temennya, di deket kosan gw. Tapi si klien menolak, karena gak bisa di kontrol langsung. Maklum, gambarnya harus selesai malem itu juga. At least, besok pagi.

Keputusan diambil. Ngerjain di ruko si klien di Kemang. Tapi Ulum harus balik ke kosan. Ngambil “senjatanya”, CD installer 3D Max 7 dan bebrapa software pendukung lainnya. Gw juga harus bikin naskah, skalian mampir warnet buat ngirim.

20.45
naskah gw slese. Ulum mandi. kita ke warnet. Ngirim, dan mlaju kecepatan penuh ke Kemang. Duh capeknya.

21.20
setelah nyasar-nyasar gak jelas, ktemu juga. Akhirnya, Ulum gw tinggal disana, karena gw masih harus ngelembur nyelesein naskah yang lain. Gw lumayan khawatir, gimana kalo si Ulum di GANGBANG orang-orang Papua itu. Hohoho, smoga bruntung teman. ^o^

21.30
Nyampe blok M, Alvin telpon.
“Nang, naskahnya blom masuk!!!!!”
“OPOOOOO...??? lha wis tak kirim kok!!”
“imel-e bener?”
“iyo bener kok!, iki kan A******@yahoo???”
“iyo, tapi durung masuk ki?”
“yo wis tak kirim maneh!”

duh. Gw tadi ngirim lewat Gmail, dan gw yakin udah ada tulisan Message Sent. Dan, udah gw double checked kalo alamatnya nggak salah. Kok blom kekirim juga? Arrrgghhh.

21.45
setelah memacu motor dengan kecepatan super tinggi, sampelah gw ke warnet tadi. Masih buka. Thank god.

Setelah colok USB, ada 1 masalah lagi. Buka situs lain no prob. Tapi buka MAIL YAHOO! Lebih lama dari gw boker!!!!
Orang-orang kantor udah bingung aja, jam sgitu tuh naskah blum juga dikirim. Bisa dipisuhin orang skantor gw. Mati mati. Apa mau korannya gak terbit?

Akhirnya, dengan terpaksa gw panggil tuh empunya warnet. Berkat bantuan doi, akhirnya gw bisa mengirim dengan selamat. Fiuuuh. Everybody happy.

Lalu, bagaimana nasih Ulum? Entahlah masih misterius. smoga saja doi selamat.

Saturday, January 21, 2006

Tegang Kala Pulang Malam

Jangan pulang lewat jam 11 malam, kalau tak mau tegang.

“makannya jangan kebanyakan nonton film horor!”
“Bukan, bukan itu. Tegangnya karena polisi!”
“lho, apa hubungannya?”
“gw nggak pernah punya SIM!”

hmm, rasanya gw nggak ingat kapan terakhir kali punya SIM. SMP? SMA? Awal kuliah? uh, doesn’t ring a bell. Hohoho. Dulu, enaknya nggak punya SIM, pas pulang dugem rame-rame, dimana saat-saat paling males untuk menyetir mobil dan saling tunjuk. Gw tinggal bilang, “aku kan gak duwe SIM!”. it works all the time. ^o^

Trus, gimana gw bisa “survive” di jalanan selama itu? Well, selama di Surabaya, “kartu sakti” nyaris 90 persen berhasil mengatasi polisi. Terutama polisi “nakal”. Tinggal tunjuk, set... and off we go. Hehehe.

Di Jakarta, tipikal polisinya ada macam-macam. Beberapa memang langsung hormat dan mempersilahkan jalan. Tapi, sebagian lainnya nggak peduli. Terutama saat ada operasi resmi. Ujung-ujungnya, tetep aja bayar (meski bisa nego).



Karena itu, hati gw tetap dag-dig-dug kalau ada operasi lalu lintas menghadang. Masih tetap bertanya-tanya, polisinya tipe “86”-kah? atau apes kena tipe nggak-peduli-elo-pers-semua-harus-bayar.

Well folks, the problem is, rute dari kantor ke kost begitu adalah ladang subur bagi polisi untuk menggelar operasi. Maksud gw, benar-benar subur!

Bayangannya gini, kosan gw di Kebon Jeruk. Sementara kantor di Kebun Sirih. Perkiraan jarak sekitar 12-an kilometer. Dalam keadaan biasa (siang hari), jarak tempuh 25-30 menitan.

Dalam keadaan malam (jalanan kosong, hanya sekitar 10-12 menit, dengan kecepatan rata-rata 60 kph). Malah, kalau digeber 80 kph, 6-7 menit juga nyampe.

Bayangkan, dengan jarak sedekat itu, setidaknya ada tiga titik pengkolan yang rutin diadakan operasi SIM/STNK. Tiga Man!!! Bete gak sih!!!

Yang pertama di Tanah Abang, kedua di pertigaan Kemanggisan, dan terakhir (yang paling sering) di pengkolan dekat Batu Sari.

Coba bayangkan, gimana hari-hari gw kalau pulang malam selalu dengan jantung berdebar dan adrenalin mengucur deras.

Satu pengkolan terlewati, masih ada dua menunggu. Kalau memang ada operasi, masih juga bertanya-tanya, bisa lolos nggak ya? Duh.

Kenapa nggak bikin SIM saja? Of course, i’ve been thinking about that. Gw sendiri juga nggak comfy menyalahgunakan “kartu sakti” untuk hal-hal kek gini.

Masalahnya, KTP Jakarta gw belom juga jadi. So, gw masih harus terus menunggu, dan tetap melalui hari-hari pulang dengan prasaan deg-deg plas. Fuiiih.

Teman Baruku



Seperti yang gw ceritakan di post sebelumnya (baca Arsip 2004-2005), setelah tahu caranya menanak nasi, kerjaan gw tiap pagi, ya menanak nasi!

Dengan baik hati, dan melihat mata gw yang berkaca-kaca melas, mbak Tuty—teman satu kos—meminjamkan Rice Cookernya ke gw. Dalam hati gw berjanji, “tenang mbak, kujaga dengan nyawaku!”

Seminggu pertama, berjalan dengan lancar. Gw lumayan berhemat, karena selain bikin sarapan, gw juga ngebontot untuk makan siang sekaligus di kantor. Jadi gw gak perlu merogoh extra cash untuk menyuruh OB ngebeli makan siang. Di dorong rasa laper siang-siang masakan gw sendiri terasa paling enak di dunia. Huhuhu.

Tapi, Sabtu kemarin, gw hectic banget,--musti ngejemput dan nganter Wawan ke stasiun—dan terpaksa nginep di rumah Lody, gw lupa bahwa pagi-pagi gw masak nasi.



Dan gw tinggalin gitu aja tuh nasi, tanpa diangetin. Ya jelas BASI lah!!! Dan menurut dugaan gw sih, si empunya tahu.

Makanya, keesokan harinya, sepulang gw dari rumah Lody dan kucek-kucek mata sambil nyuci beras, gw baru menyadari bahwa Rice Cooker tercinta itu raib dari tempat bertenggernya semula (diatas kulkas).

Kemungkinan :
A. Si Tuty malem-malem datang, dan mencium bau tak sedap dari Rice Cookernya. Saat menemukan nasi basi, doi mencak-mencak plus misuh-misuh dan langsung ngebawa tuh Rice Cooker ke kamar.
B. Masa Trial penggunaan Rice Cooker cuma seminggu. Selebihnya, gw harus menyewa, atau mungkin membeli Rice Cooker miliknya. Hmm....
C. Tuty datang, Tuty lihat nasi, Tuty makan, Tuty mencret karena nasinya basi. Dengan perasaan dongkol, doi menyembunyikan alat berharga itu dari gw.

Arrghhh. Pilihan sulit. Semua memiliki kans besar. Mana yang benar ya?


Well, guess what, secara kebetulan gw sempat crita-crita keahlian memasak nasi gw ini ke nyokap. Dan dia manggut-manggut dengan bangga dan terharu, melihat anak laki-laki satu-satunya itu bisa sukses menghasilkan nasi matang.

Karena itu, Moms kemudian mengirimi gw sebuah Rice Cooker mini, berwarna pink??????? (Mom, anakmu ini cowok tulen, gak ada warna lain apaaah????). bentuknya juga mungil dan imut. *halah.

Bermerk Cosmos, memiliki dua fitur : cook (untuk memasak) dan warm (untuk menghangatkan). Ho ho ho, not bad at all! Kita lihat saja kehandalannya, mampukah si Buntel (euh, namanya lantaran bentuknya kayak babi) menghasilkan nasi yang pulen dan enak? Kita buktikan saja nanti.

Thursday, January 19, 2006

girls, guys do cooks!



Tayangan Tengah Malam


siapa yang nggak tergoda?


Terus terang, gw nyaris nggak pernah menonton tivi. Kalau pun ada waktu, menontonnya di ruang tengah bareng anak kos lain. Lebih asyik dan seru, karena rame-rame.

Yang dilihat, berita malam (biasanya tiap stasiun menyajikan rangkuman kejadian dalam sehari), tayangan kriminal malam , serta acara esek-esek macam Nah Ini Dia, Komedi Tengah Malam, Komedi Nakal, sampai yang berbau news seperti Fenomena malam.

Hahaha. Terus terang, melihat tayangan itu bareng-bareng cukup menghibur lho. Secara kosan kita adalah kosan cowok. Selalu saja ada celetukan-celetukan gak penting yang membuat tertawa. Terutama mengomentari pemain-pemain ceweknya yang berbaju super mini dan mengumbar aurat itu.

Misalnya, “wow, check out her boobs man! Thats definately 34D!” atau “badannya sih oke, tapi mukanya gak kuat. Pembantu banget!”. hey, don’t blame us!!



Yup, kita memang cukup kurang kerjaan untuk menonton acara gak mendidik kayak gitu. But then, the show was sooo bad, dan saking jeleknya itu malah jadi bagus. Hahaha.

Eniho, kemarin malam iseng-iseng kita menemukan tayangan baru, Curhat, di Lativi. Formulanya sih masih sama. Mirip dengan Oh Mama, Oh Papa di Anteve dulu.

Namun, karena pemainnya yang berbodi ala gitar spanyol *halah, dan mukanya “bantal” banget, tentu saja anak-anak heboh (oke gw juga, puas?). Apalagi, cara visualisasi si sutradara begitu vulgar, dan sangat menggoda. Damn.

Ceritanya sih, sudah pasaran banget. Entah udah brapa banyak cerita serupa di 17tahun.com. Tentang pasangan muda yang tinggal di rumah orang tua si cowok.

Saat si cowok dinas keluar kota selama sebulan, ayahnya memperkosa menantunya sendiri. Tapi kemudian si menantu juga doyan? Entahlah. Pokoknya sehabis gituan nangis. Eh tapi besoknya gituan lagi. Trus nangis lagi. Pusing deh.

Ya gw sih gak nyalahin si mertua, lha wong menantunya menggoda banget. Gak pagi, gak siang, gak malam, pake daster tipis mulu. Apa gak punya baju lain yak?

Setelah selesai, sempat juga ditampilkan cuplikan episode minggu depan. Yaelah, kok ya lagi-lagi ceritanya masih sama. Yang beda, sekarang ibu si cewek yang ganjen, ngegoda pacar anaknya. Duh. Puh-lease...mikir dikit kek! Males banget yak nyari crita yang lain.

Eh, setelah itu selesai, rencana untuk segera terbang ke alam mimpi kembali batal. Karena, ternyata masih ada satu lagi acara mesum!! Busettt!

Ya. Kali ini Layar Tancap berjudul Cinta dan Nafsu. Bintang utamanya si bibir seksi Febry Lawrence dan Ibra Azhari. Gokil gokil! Asli gokil!

Sebagai fans berat Febry, dan karena gw nggak boleh tidur sama anak-anak (ehm, cari pembenaran ^o^) gw pun ikutan menonton. Dan, sumpah banyak banget adegan vulgarnya. Bahkan, salah satu adegan ciuman antara Ibra-Febry NGGAK DISENSOR!!!! WTF?! Nggak lama sih, cuma 2-3 detikan. Tapi tetep aja NGGAK DISENSOR!!!!!

Gila juga ternyata Lativi, bisa seberani itu. Gw nggak bisa ngebayangin, gimana kalau ada anak kecil yang masih belum tidur jam segitu? Duh. Jadi orang tua di jaman sekarang serba repot ya. Susah banget ngejaga anaknya. Orang film semi porno (ala Indonesia lagi) bisa dilihat di televisi lewat tengah malam. Oh well, inilah Indonesia.

Pierre Woodman, Master of High Octane Hardcore

Cita-Citanya Bercinta Dengan 3 Ribu Gadis



Perkenalan gw dengan karya-karya Pierre Woodman baru terjadi setelah kepindahan gw ke Jakarta. Selama ini gw memang penggemar berat produk Private, produsen film porno asal Prancis itu.

Gw makin tertarik saat menyaksikan seri Casting Couch-nya yang fenomenal. Fascinating, begitu kata yang keluar di mulut gw saat pertama kali melihatnya. Cukup jarang sutradara film porno yang memiliki ciri khasnya sendiri. But Pierre, definately got the style!

Seri Casting Couch menampilkan Pierre sedang menginterview (bagian dari proses kasting) gadis-gadis muda yang sangat cantik, dan bertubuh superseksi dari berbagai belahan Eropa.

Just name it. Prancis, Inggris, Ukraina, Swedia, Spanyol, Latvia, Estonia, Lithuania sampai ke Belgia. Dari janda muda Rusia, hingga murid SMA di Hungaria. Dalam beberapa video, tak jarang Pierre harus menggunakan jasa penerjemah. Maklum, pria berkepala plontos itu hanya bicara dua bahasa saja, Inggris dan Prancis.

Dari situ juga kita seakan disuguhi bagaimana proses awal gadis-gadis amateur yang mencoba peruntungannya dengan berkarir di industri porno. Pierre memang kharismatis. Tak heran, gadis-gadis berusia belasan hingga awal dua puluhan itu sama sekali tak keberatan melucuti satu demi satu pakaiannya di depan sang sutradara.

Biasanya, pria bernama asli Pierre André Gerbierter ini terlebih dahulu menanyai tentang like or dislike para gadis itu dengan pendekatan yang halus dan sopan. Misalnya, maaf, posisi apa yang membuat turn on, seks anal, beradegan dengan dua-tiga lelaki sekaligus, hingga komentarnya tentang fetish sex, bondage atau sado-masochism.

Banyak yang mengaku suka seks dan mau melakukan apapun. Tapi, ada juga yang jujur mengatakan tidak suka. Mereka mengaku hanya mengejar uang dan ketenarannya semata. Gadis-gadis muda pilihan Pierre ini nantinya akan dilibatkan dalam produksi film Private. Tak jarang, karir mereka sebagai pornstar langsung melonjak cepat. Metode Pierre memang mampu membawa wajah-wajah segar bagi Private.

Hanya dengan melihat matanya, Pierre bisa tahu apakah seorang gadis itu “mahir” bermain cinta atau tidak. ”Mata adalah satu-satunya cara kita mengetahui apa yang ada di dalam pikiran mereka," urainya.

Melihat kesuksesannya seperti sekarang, tak ada yang menyangka bahwa Pierre dulunya adalah seorang anggota polisi. Ia berhenti, untuk mengejar mimpinya, menjadi sutradara terkenal, serta bercinta dengan tiga ribu gadis! Wow!

Sebagai sutradara, Pierre dikenal dengan keberaniannya mengeksplorasi lokasi-lokasi eksotis,--bahkan terkadang berbahaya--. Ia sangat suka dengan shoot-shoot penuh warna, di tempat-tempat yang nyaris tak terpikirkan. Termasuk juga di Bali, Indonesia.

Pierre adalah tipikal cowok rebelius. Ia putus sekolah pada usia 15, dan menjadi aktor porno tiga tahun kemudian. Di usia 19, pria kelahiran 29 April 1963 initak melanjutkan sekolah, memilih menjadi polisi.

Tapi ternyata, industri porno lah yang menarik harinya. Maka, ia memutuskan untuk keluar dan menjadi fotografer di majalah Maxi dan Marie France, sebelum akhirnya beralih total ke porno. Pria ambisius ini juga sempat menikahi Tania Russof, seorang model Private yang ditemuinya di Riga, Latvia, pada 1994.

Karirnya mulai naik pada era 90-an. Sempat juga terganjal, saat Michael Ricaud—sutradara top Private saat itu—tenggelam di laut, terhantam ombak saat melakukan survey lokasi.

Secara kebetulan, saat itu Pierre sedang bersama Ricaud. Keduanya berdiri diatas semua batu, hingga ombak besar menghantam mereka. Pierre sempat dituduh mendorong Ricaud, karena dia satu-satunya orang yang selamat. Dalam sebuah interview yang gw lihat di salah satu video Private (lupa judulnya), Pierre mengaku sangat menggumi Ricaud. "Saya tak mungkin melakukan hal sekeji itu," bantahnya.

Apapun yang terjadi, setelah kematian Ricaud, Pierre menjadi leading director bagi Private, menggantikan posisi Ricaud. Saat ini, karya-karya filmnya sudah lebih dari 300 buah, nyaris semuanya fenomenal. Mulai dari seri-seri Casting Couch, Private Superfuckers, Hustler : Anal Intensive, hingga Private Gold dan Private Film. tak heran pria yang kini bekerja di Hustler ini disebut sebagai Steven Spielberg-nya film porno (oke, ini gw sendiri yang bilang =P).

Kendati demikian, tak semua suka dengan Pierre. Frank Thring, rekan sesama sutradara menyebut film-film Pierre cantik, tapi dengan adegan seks yang dingin. ”Pierre selalu mengontrol semua orang dalam tiap adegan. Saya tidak akan melakukan itu. I like to think that they are happy doing the sex,” paparnya.

Thring, juga menyoroti cara Pierre dalam menggamit gadis. ”Pernah, ia (Pierre) datang ke acara fashion di Paris. Ia memilih gadis tercantik, dan berkata ’Anda cantik, tapi sayang kurang tinggi. Maukah Anda bermain porno? Saya dapat membayar Anda dengan harga tinggi’,” cerita Thring. ”Tentu saja 8 dari 10 gadis akan berkata ya,” tambahnya.

Sementara Thring sendiri menggap cara konvensional—datang ke agen X-rated—tetap yang terbaik. ”Saya tidak ingin para gadis itu tidak merasa nyaman saat berada di set,” paparnya.

Mac, Why Not?




Seorang teman bertanya, mengapa gw akhirnya berganti ke Macintosh? Apakah karena kelihatan gaya? Kelihatan lebih esklusif atau mahal? Atau malah ingin show off?

Selama lebih dari setahun sebenarnya gw cukup nyaman dengan laptop “usang” gw, Toshiba 8100 berkekuatan Pentium III-600, dengan RAM 256, plus CD room dan hardisk berkapasitas 20 gig. Toshiba memang sangat nyaman di jari-jemari. Terutama untuk mengetik. Tuts-tuts keyboard-nya terasa empuk.

Lalu, kenapa gw memutuskan untuk berganti laptop?

Begini, setiap barang pasti memiliki siklus hidupnya sendiri. Dan, setahun adalah waktu maksimal untuk menggunakan laptop yang gw beli 2nd itu. Karena setelah itu, gw mulai menemukan beberapa kerusakan kecil yang cukup mengganggu.

Misalnya, arah panah di keyboard yang macet. Bagian pinggiran layar LCD retak, CD room yang mulai ngadat, dan beberapa lainnya.

Dari situ, gw mulai melirik-lirik beberapa merek komputer jinjing lain. Tetap pada Toshiba, atau malah memilih Compac yang lebih murah?

Sony memang bagus, tapi harganya selangit. IBM? Hmm, tak pernah tertarik dengan bentuknya.

Setelah window shopping disana-sini, browsing, banding-bandingin, tetap belum ketemu yang cocok dan sreg di hati. Hingga gw bertemu iBook. Ketertarikan gw bermula saat menggunakan iPod. Dan mulai melirik brosur-brosur produk Apple lainnya.

Terus terang, gw langsung cinta pada pandangan pertama. Adrenaline gw mengalir deras seraya berkata, “gw pengin beol!”. Hehe. Maksud gw, “Nah Ini Dia! Baru gw banget!”.

Selanjutnya, gw ikutan forum Mac. Memantau harga, tanya sana-sini, hingga bulan lalu memutuskan membelinya. iBook, dilengkapi PowerPC 1.33 Ghz, RAM 512 MB, Combo drive, dan Hardisk 80 GB. Sejauh ini, gw bener-bener puas.

Berikut komentar gw setelah beberapa lama memakainya :

*Mac doesn’t crash!
Deadline berat, tapi kompie gak mau dianyak kompromi. Crash. Padahal, cuma oper-oper Word dan Internet Explorer saja. Been there, done that. Mac OS X sangat stabil, solid, dan cepat. Memudahkan kita bekerja, temasuk atau switching dari aplikasi satu dan lainnya. kmu bisa menggunakan Word, Quicktime, Photoshop, dan iTunes sekaligus tanpa skalipun khawatir akan hang. sounds fun huh?

*Picture-perfect photos.
If every picture tells a story, you’ll live happily ever after with your Mac. Ya, kalibrasi warna di layar Mac nyaris sempurna dan mendekati kualitas cetak. Jadi, tak perlu khawatir warna akan buyar saat editing gambar di Photosop CS2. Mata kita benar-benar termanjakan.

*As easy as iPod.
Secara gw punya iPod, Mac adalah sohib yang sempurna. Hey, if you love your iPod, you’ll love a Mac.

*It’s a musical instrument.
Awalnya, iTunes sebagai pemutar lagu memang sedikit merepotkan. Terutama bagi pengguna akut Winamp macam gw. Tapi, dengan sedikit penyesuain, ternyata software tersebut justru memudahkan kita dalam memilih dan mengorganisir lagu. Termasuk memberi artwork dan lirik untuk lagu-lagu pilihan.

*Online streamlined.
Browsing di internet jadi lebih cepat. Ini sudah gw buktikan sendiri. Terutama saat menggunakan aplikasi P2P. Ada juga goodies lain seperti Mail, Safari, iChat AV, dan AirPort untuk Wifi.

*It’s beautiful and classy.
Desain Mac memang cantik dan sedap di pandang. The craftsmanship is unmatched =P

*It can run Microsoft Office.
Yep, ada Word, ada PowerPoint dan juga Exel. Awalnya gw bete karena huruf Times New Roman terlihat jelek di layar, meski font sudah diganti ukuran 14. Tapi akhirnya gw menemukan font yang pas untuk mengetik, Bookman Old Style. It’s perfect for writing. banyak juga aplikasi-aplikasi lain yang sangat adiktif, seperti Comic Life.

*Game variatif.
Memang, game di Mac tak sebanyak di Windows. Tapi toh, kompie gw memang gak difungsikan untuk nge-game. So far my Playstation 2 is doin just fine. Meski, gw masih ingin menjajal game-game seperti World of Warcraft, Doom 3 atau Myst IV: Revelation. mungkin nanti.

*Two-button mouse, kenapa tidak?
Single click memang sedikit merepotkan. jangan takut, cukup colok mice USB biasa, dan klik kanan-kiri tetap bekerja kok.

So, in the end, gw puas dengan Mac, dan gak nyesel spend money segitu mahal (yang ngebuat hari-hari dihabiskan dengan makan mie instan mulu). Ada yang mau nyusul?